Rabu, 12 November 2014

Mimpi Kecil Gadis Muda

Pagi yang cerah melewati cela-cela jendela kamarku, membangunkanku dari tidurku yang begitu nyenyak. Tetapi semua itu tidak berlaku untuk Tia, gadis cantik yang baru berumur 14tahun dan begitu cerdas itu tidak dapat merasakan nyenyaknya tidur dikala malam dingin. Baginya, malam hanyalah sebuah hiasan bersama bintang-bintang  dilangit, dan Pagi hanyalah penyambut terbitnya matahari. Bahkan bagaikan dialah yang selalu lebih dahulu menyambut matahari sebelum hari menjelang pagi.
            Digelapnya pagi, yang bahkan matahari pun belum terbit dan dia harus bergegas pergi kesebuah suplliyer Koran untuk mengantarkannya kesetiap komplek perumahan dekat rumahnya. Hanya itulah yang bisa dilakukan Tia untuk membantu ibunya. Setelah dua tahun ayahnya meninggalkan mereka, Tia harus membantu ibunya dan merelakan untuk meninggalkan sekolahnya karena keterbatasan biaya. Tia bukan lah anak yang mudah putus asa, dia tetap belajar tanpa ada rasa menyerah.
            Setelah pagi yang lelah menjelang siang, Tia tak kunjung istirahat melaikan dia mengunjungi sebuah sekolah swasta dan mengikuti proses belajar mereka. Walaupun Tia tidak duduk bersama anak-anak lain didalam kelas, Tia hanya berdiri dari luar kelas melihat melalui jendela kelas paling belakang. Tia memang diijinkan melihat-lihat disekolah itu karena ibunya salah satu penjaga dan perawat sekolah itu. Tia tinggal disekolah itu bersama ibunya, diruangan yang begitu kecil dan sangat kumuh yang mereka tempati. Tak jarang Tia diejek oleh murid sekolah itu, namun Tia hanya senyum menanggapinya.
            Malam hampir tiba, tetapi Tia malah mengunjungi sebuah toko rongsokan yang menjual buku-buku bekas, ya baginya itu adalah gudang ilmunya. Dia hanya belajar dari buku-buku bekas yang dia beli dengan harga yang cukup murah, dan penjelasan kecil dari guru-guru sekolah yang dia dengar tadi siang.
Aku begitu kagum melihat usaha seorang gadis kecil yang tak pernah menyerah, aku lebih sering mengamati kegiatan keseharian Tia. Kadang aku pun kurang bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan padaku, Keluarga yang utuh, hidup dengan kecukupan, dan sekolah yang cukup biaya.
            Suatu hari aku mengikuti kegiatan Tia, aku menunggunya diam-diam di tempat suplliyer Koran yang biasa dia kunjungi setiap pagi, aku mengamatinya hingga dia selesai mengantarkan Koran-koran itu kesetiap komplek perumahan terdekat. Aku juga mengikutinya kesebuah sekolah yang begitu sederhana, tempanya mencari ilmu. Hingga malam hari tiba dia pergi ketoko rongsokan. Sehubung dengan libur sekolahku, aku mencari kegiatan untuk mengamati keseharian Tia. Sudah hampir tiga hari aku mengamatinya, mungkin dia merasakan juga diamati oleh seseorang, Tia mulai merasa risih dengan keberadaanku. Menjelang malam aku menunggunya di toko rongsokan itu tapi dia tidak kunjung datang, hingga pukul 19.00 dia tidak muncul juga. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang kerumah, ternyata Tia mengamatiku dan menegurku dari belakang.
            “Hai kak, maaf kaka siapa? Mengapa mengikutiku beberapa hari ini?”
            “Kkkokk, kamu tau?” Jawabku dengan gugup.
            “Iya aku melihat kaka selalu ada setiap aku berada, ada sesuatu kak?”
            “Ti..ti..dak ada apa-apa dek.” Jawabku terbata-bata.
            “Kakak siapa?” Tanya Tia dan memandangku.
            “Aku bebi, maaf aku mengikutimu. Aku hanya ingin tahu keseharianmu saja, banyak orang yang membicarakan dirimu.” Jawabku.
            “Jangan peduli apa yang orang katakan kak, mereka tidak tahu apa-apa tentag diriku.”
            Aku terdiam seketika mendengar jawaban yang dilontarkannya padaku.
            “Bolehkah kita berteman?” Tanyaku dengan memberika senyum padanya.
            “Kakak mau berteman denganku? Aku itu hanya orang miskin kak. Tak punya apa-apa.” Jawabnya dengan muka sedih.
Aku hanya tersenyum padanya.
            “Bolehkah aku mengunjungi rumahmu Tia?.”
            “Bagaimana kakak tahu namaku? Kakak sungguh misterius ya.” Jawabnya sambil tersenyum.
Dan kami langsung bergegas pergi menuju Rumah Tia.
            Setelah sampai dirumahnya, aku melihat tumpukan buku-buku bekas yang sangat banyak sekali, dan seorang ibu tua yang sedang berbaring disebuah tikar tipis diatas lantai yang dingin.
            “Maaf ya kak rumahku jelek. Hehe.” Ujarnya sambil tertawa.
            “Oh iya aku ingin bertanya sesuatu padamu dan meceritakan niatku mengamatimu selama ini.” Ucapku pada Tia.
            Aku menceritakan niatku mengamati kesehariannya. Tia juga menceritakan kisahnya yang begitu kelam, Aku melihat buku-buku bekas yang tergeletak dilantai berisi dengan soal-soal yang sudah dipenuhi jawaban. Yang kulihat jawaban itu hampir semua benar, awalnya aku kira jawaban itu memang sudah tertera dari awal dia beli di toko rongsok itu, tetapi ternya itu adalah jawaban yang dituliskan Tia dari hasil belajarnya selama ini. Tia memiliki cita-cita yang sangan mulia, yaitu menjadi seorang guru dan membangun sekolah bagi anak yang kurang mampu. Aku sangat kagum dengan kegigihannya dalam belajar untuk mencapai cita-cita mulianya. Hingga aku memutuskan untuk membantunya untuk melanjutkan sekolah. Malam mulai larut aku langsung bergegas untuk kembali kerumah.
            Beberapa hari kemudian, aku membaca sebuah beasiswa sekolah yang disponsori oleh sebuah produk makanan. Aku langsung saja teringat dengan Tia, Iya gadis cantik dan cerdas itu mungkin pantas mendapatkanya. Aku mengajukan beasiswa tersebut untuk Tia, dan memberi tahukan hal tersebut kepadanya. Begitu senang Tia mendengarnya, hingga dia tersenyum selepas mungkin.
Beberapa hari sudah pengajuan itu diproses, setelahku tahu dari salah satu panitia itu ada seseorang yang aku kenal, dia adalah Tanteku, adik dari ibuku. Dia membantuku untuk mempermudah Tia mendapatkan beasiswa itu. Hingga tiba waktunya Tia dites untuk mendapatkan beasiswa itu.

            “Kak, apakan kamu yakin aku bisa?” Tanyanya padaku.
            “Percaya pada diri kamu sendiri, jangan pernah peduli apa kata orang lain.” Jawabku dan melemparkan senyum padanya.
            Dia pun melaksanakan tes tersebut hingga selesai. Beberapa hari kemudian aku pun melihat hasil tes Tia, dan sungguh luar biasa. Hasil yang sangat menakjubkan dan aku begitu senang mendengarnya. Tia lulus dan memilih sekolah yang dia inginkan. Betapa bahagianya Tia bisa kembali besekolah, dan berjuang untuk menggapai cita-cita mulianya itu.

Sekarang Tia bisa sekolah kembali dengan sekolah yang layak, Ibu Tia pun sekarang mempunyai warung sendiri untuk kehidupan mereka. Dengan uang saku yang cukup yang telah diberikan pihak tersebut, Tia tidak perlu lagi menjadi loper Koran, Tia memang harus bangun pagi-pagi tapi bukan untuk menyambut matahari lebih dahulu, melainkan mengawali harinya dengan mencari ilmu disekolah baru. Tia menjadi salah satu anak yang cerdas disekolah, Dia tidak pernah memperdulikan pendapat orang lain tentangnya. Yang pasti dia menjadi dirinya sendiri, Begitulah hasil upaya kesabarannya selama ini. Dan hasil dari usahanya yang diberikan Tuhan untuknya, Hingga Tia bisa mewujudkan cita-citanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar