Indahnya
matahari pagi bagaikan jadi penerang hari-harinya. Seorang gadis cantik sebut
saja namanya Salsabila, yang akrab dipanggil temannya salsa. Gadis lucu, baik
hati, yang selalu memancarkan senyum diwajahnya. Bagaikan Bahagia dihidupnya
tiada habisnya. Bagai mana tidak, Dia hidup dengan keluarga yang begitu
bahagia, seorang anak tunggal.Yang memiliki orang tua begitu menyayanginya, dan
teman-teman yang selalu melukiskan senyum diwajahnya.
Salsa,
ia adalah siswi kelas 8 disebuah Sekolah Negeri diJakarta barat. Dia teman
dekatku dulu, aku kenal sekali denganya. Anak yang cantik, cerdas, baik, hampir
beberapa kaka kelasku mengagumi dia, Karena kecantikan dan keramahannya. Tetapi
dia berubah setelah Pertikaian kedua orang tuanya dimulai. Setiap hari aku
mendengar dia bercerita dan menangis dihadapanku. Betapa tak teganya diriku,
melihat tetesan air mata yang jatuh kepipinya. Sering kali aku mengajaknya
jalan-jalan, untuk sekedar menghibur dirinya, menghilangkan sedihnya. Aku yakin
Salsa adalah gadis kuat yang siap menjalani ujian hidupnya. Tetapi, Perceraian
pun berlangsung dan membuat kehidupan Salsa berubah. Dia selalu beranggapan tak
ada orang didunia ini yang mencintai dan menyayanginya dengan tulus. Aku
mengerti yang dimaksud Salsa, ya dia hanya seorang siswi smp yang cara
berpikirnya masih kekanak-kanakan. Sering kali aku menasihatinya, tetapi Salsa
selalu membantah. Kini menjadi anak yang begitu garang. Sejak kejadian itu,
sering kali ibunya menelponku menanyakan keberadaannya. Terkadang aku berbohong
kepada ibunya bahwa Salsa ada bersamaku, kenyataannya aku tidak tahu dimana
dia. Salsa sering keluar rumah tanpa mengenal waktu, tanpa izin dari ibunya.
Dia menjadi nakal, bermain dengan dunia malam. Aku terkadang tak mengerti apa
yang dia lakukan diluar sana, mengelilingi malam yang gelap, bersama dengan teman-teman
malamnya yang sangat terkenal dengan kenakalan mereka. Aku tahu Salsa anak yang
baik, dia hanya berusaha mencari hiburan dikelam hidupnya dirumah. Baginya
hidupnya itu sudah tak berwarna lagi. Ibunya yang sibuk bekerja untuk
menghidupinya, tak ada waktu untuk menemani Salsa.
Kadang,
aku rindu dengan senyuman yang selalu terukir diwajahnya. Yang sekarang selalu
tergambarkan dengan muka lesu, murung, karena sering kali dia begadang dan
tertidur disekolah. Aku memang merindukan Salsa yang dahulu. Kemudian sepulang
sekolah aku mencoba menyapanya.
“Hai sa, kamu kemana saja? Sekarang kamu bolos terus.”
“Apaan sih! Engga usah Tanya gue
kemana. Emang masih ada yang perduli sama gue?”
“Kok kamu ngomongnya begitu sa? Kamu
kenapa! Cerita sama aku sa..?”
“Udahlah engga
ada yang perlu diceritain!”. Salsa berlari menuju pintu gerbang sekolah dan meinggalkanku.
“Saa…. Aku belum selesai!”. Aku
berteriak dan berusaha mengejarnya.
Ternyata
tak jauh dari pintu gerbang, ada seorang gadis yang berpakaian sangat kusut
menjemput Salsa. Aku mengenal gadis itu, dia salah satu anak nakal yang
terkenal disekolahku. Dia kakak kelasku dulu, yang dikeluarkan dari sekolah
karena ulah nakalnya.
“Salsa bersamanya? Apa yang mereka lakukan?
Kemana mereka pergi?”
Aku
bertanya-tanya dalam pikiranku. Hingga matahari hampir terbenam, Ibu Salsa
menelponku dan menanyakan keberadaan salsa saat ini.
“Assalamualaikum Rahma..”
“Wa’alaikumsalam bu..”
“Rahma, apakah kamu bersama Salsa?”
“Tidak bu, memang Salsa belum pulang
juga bu..?”
“Salsa belum pulang ma, ini sudah
mulai malam, ibu khawatir. Kamu tahu dimana dia?”
Aku
tidak tahu harus menjawab apa, aku melihatnya pergi bersama gadis nakal itu.
Apa yang harus aku katakan kepada Ibu Salsa? Aku tak tahu harus mengatakan apa.
Hingga akhirnya aku harus membohongi Ibu Salsa dengan rasa bersalah.
“Kayaknya tadi Salsa bilang mau
belajar kelompok deh bu, mungkin sedikit lagi dia pulang bu. Soalnya tugas kita
lagi banyak banget bu..”
Jawabku agar tidak
membuat Ibu Salsa khawatir dan agar menutupi perilaku nakal Salsa.
“Hmm.. begitu ya Rahma, yaudah
terima kasih ya. Assalamualaikum…”
“Wa’alaikumsalam…”
Ibu
salsa menutup telponya. Aku terus bertanya-tanya tentang keberadaan Salsa saat
itu. Hingga aku sadar hampir pukul 10 malam aku memikirkannya. Tetapi, aku
harus bergegas tidur karena besok aku harus sekolah.
Sinar
matahari yang masuk melalui jendela kamarku membangunkanku dari tidurku. Dan
ternyata sudah pukul 6 pagi. Aku bergegas mandi, solat dan pergi kesekolah.
Setelah aku sampai disekolah, aku menunggu Salsa. Tetapi dia tak kunjung
datang, hingga bel pun berbunyi masih saja dia belum datang. Aku sempat
bertanya-tanya dimana dia.
Setelah
beberapa menit kemudian Salsa datang, ternyata dia terlambat. Aku ingin tahu
kemana dia kemarin hingga dia terlambat masuk hari ini. Aku mendekati kursinya
yang berada tak jauh denganku.
“Sa… kamu kenapa? Kok datengnya
telat?”
“iya, semalam
gue pulang jam 11. Gue ngantuk banget nih, tadinya gamau sekolah tapi dimarahin
sama ibu.”
“Kamu dari mana
aja sa? Kamu berubah akhir-akhir ini sa, kamu kenapa sih!”
“Nanti deh gue
ceritain, lu ikut gue pulang sekolah ya!” sambil melemparkan senyum padaku.
Hingga bel pulang pun berbunyi, aku
pergi kesuatu tempat makan, yang sering kami kunjungi dulu. Salsa bercerita
banyak tentang keluarganya,alasan mengapa dia berubah. Mengapa dia sering bolos
sekolah dan pulang malam. Dia merasa ibunya tidak memperdulikannya, karena
ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia mencari dunia baru dengan
teman-teman nakalnya, dia menceritakan teman-teman barunya padaku. Dia sering
pergi malam, nongkrong, dan berhura-hura menghabiskan uang untuk sesuatu yang
tidak berguna.Setelah Salsa menceritakan semuanya, kami pun bergegas pulang
karena hari mulai sore. Hari ini dia langsung pulang kerumahnya.
Keesokan harinya Salsa tidak masuk
sekolah, aku tak tahu kemana dia. Aku sudah coba meneleponnya tapi tidak diangkat.
Hingga satu minggu lebih Salsa bolos sekolah tanpa alasan yang jelas. Sering
kali guru menanyakan keberadaannya padaku, tetapi aku selalu jawab tak tahu.
Hingga guru BK ku menitipkan surat kepadaku untuk Ibu Salsa. Malam hari aku
pergi kerumah Salsa untuk menitipkan surat yang diberikan guruku tadi. Setelah sampai,
Salsa tidak ada dirumah. Ibunya bilang akhir-akhir ini Salsa pergi malam hari
dan pulang siang hari. Hampir setiap hari Ibunya menegurnya tetapi dia malah
berbalik memarahi Ibunya.
Keesokan harinya, Ibu Salsa datang
kesekolah bersama Salsa. Mereka menuju keruang BK, aku hanya mengamati mereka
dari kejauhan. Beberapa menit kemudian, mereka keluar ruangan. Aku melihat
wajah Ibu Salsa dengan wajah kecewa dan Salsa menampakan wajah kesal. Hingga
keesokan harinya aku mendapatkan kabar bahwa Ibu Salsa masuk rumah sakit.
Dengan kagetnya diriku, sepulang sekolah aku langsung menuju Rumah sakit. Aku
liat dari kaca pintu kamar itu, ternyata Ibu Salsa berbaring lemah tak berdaya.
Salsa yang duduk sambil menangis, melihatku dan langsung memelukku.
“Kamu
kenapa sa..? kok nangis?”
Salsa tak juga menjawab, dia terus
menangis. Dan aku membawanya keluar dari Rumah sakit itu, menuju tempat makan
yang biasa kami kunjungi.
“Udah
sa berhenti nangisnya, malu loh banyak yang liatin. Kamu kenapa? Cerita sama
aku sa”
“Aku
menyesal ma, semua salahku, semua salahku!!!” dia meneteskan air mata.
“Kamu
salah apa sa? Kamu engga salah kok!”
“Andaikan
aku engga nakal, engga sering keluar malam. Ibu engga akan kaya gini ma!”
“Engga
ada yang perlu disesalin sa, perbaikin aja semuanya. Ini belum berakhir, kamu
bisa perbaiki semuanya”
Aku memandang Salsa dan melemparkan
senyum padanya. Salsa mulai tersenyum.
“iya
ma, makasih ya. Kamu selalu ada untukku, kamu teman terbaikku ma”
“Memang
itu gunanya teman kan sa..”
Salsapun tersenyum. Kamipun kembali
kerumah sakit untuk menemui Ibu Salsa.
Kami
masuk kekamar itu, dan Ibu Salsa sudah sadar. Salsa pun langsung berlari menuju
Ibunya dan menangis.
“Bu,
maafin Salsa.Ibu kenapa…”. Salsa menangis seolah tak perduli dimana dia
menangis.
“Ibu engga
apa-apa sa, Ibu tahu Ibu juga salah. Ibu engga pernah ada waktu untuk Salsa,maafin
ibu juga ya sa. Ibu sayang sekali sama Salsa”. Ibunya memeluk Salsa.
“Salsa janji
akan berubah seperti dulu bu, Salsa engga akan kecewain dan buat ibu nangis
lagi. Apa lagi sampe ibu sakit gini, Salsa engga punya siapa-siapa lagi bu”.
Salsa menangis
“Ibu percaya
sama Salsa”. Ibunya pun tersenyum.
Aku pun terharu
melihat mereka, aku ikut meneteskan air mata.
Beberapa hari
kemudian ibu salsa pun sudah diizinkan pulang oleh dokter. Salsa kembali
bersekolah dan menjadi Salsa yang seperti dulu ku kenal. Hingga kapanpun dia akan
terus menjadi teman terbaikku, apapun yang terjadi padanya. Salsa hidup bahagia
walau hanya tinggal dengan ibunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar