Rabu, 12 November 2014

Kenangan Indahku Bersamanya

Dinginnya udara pagi masuk melalui jendela kamar Anisa. Seorang gadis cantik yang bernama Anisa Aulia Rahmah yang akrab dipanggil Anis ini adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Keluarganya begitu bahagia. Hidupnya dipenuhi dengan orang-orang yang begitu menyayanginya. Dia adalah salah satu siswi kelas IX disekolah negeri diJakarta Barat, bagi teman-temannya Anis anak yang sangat lucu, baik dan juga cantik. Tawa dan senyum yang selalu menghiasi hari-harinya.
Suatu hari, Anis pergi bersama sahabat terbaiknya Vira. Mereka memang sering menghabiskan waktu mereka berdua, Anis bagaikan hiburan penghapus kesedihan bagi Vira. Vira yang terkadang selalu menangis karena kekasihnya yang selalu membuatnya kesal, Anis lah yang menghapus air mata Vira untuk kesekian kalinya. Kali ini Vira mengajak Anis untuk pergi kesuatu tempat yang biasa Vira kunjungi.
“Vir, kita mau kemana. Kok lewat sini..?”
“Udah ikutin gue aja..” jawab Vira sambil tersenyum.
Sepanjang jalan Anis terus bertanya-tanya kepada Vira, mau kemana mereka.
Tak lama kemudian, mereka sampai disebuah warung yang begitu ramai pengunjungnya, disana Anis melihat sosok pria yang begitu tampannya hingga Anis tidak dapat mengalihkan pandangannya.
“Eh Nis… lu liatin apa sih serius banget?”Tanya vira sambil menepuk pundaknya.
“Eh.. kenapa vir? Engga liatin apa-apa kok.” Jawabnya kaget.
                Vira menggandeng Anis dan membawanya kedalam menemui kekasih Vira.
                “Vir kok kita kesini sih, dan kok bisa ada Doni?” Tanya Anis bingung.
                “ ini namanya tempat tongkrongan Nis. Tempat biasa pacar gue main.” Jawab Vira.
Anis terus melihat keluar mencari pria tampan yang dia lihat didepan tadi.
                “Nis, lo nyariin apa? Ada yang lo kenal disini.?” Tanya Doni.
                “ Ah apa? Kenapa?.” Jawab Anis tebata-bata.
                “Nyariin cowok yang tadi yah Nis.” Tanya Vira sambil tersenyum mengejek Anis.
                “Ahh.. apa sih Vir.” Jawab Anis malu.
Doni pun memandang Vira dengan tanda Tanya.
                “Itu loh don. Riko temen deket kamu itu.” Jawab Vira atas pertayaan dari pandangan Doni.
                “Hahaha, ohh Riko. Jadi lo suka sama dia Nis. Nanti gue kenalin sama lo yah.” Jawab Doni.
Anis pun hanya tersenyum malu.

Tak lama kemudia Pria itu masuk dan menemui Doni.
                “Weh ko. Mau kemana lu..” Tanya Doni pada Riko.
                “Mau balik don, kenapa..?” Jawab Riko.
                “Eh sini dulu, gue kenalin nih sama cewek cantik namanya Anis.”
Doni pun mengenalkan Anis dengan Riko. Anis hanya tersenyum malu kepada Riko.
                “Hai Nis, Nama gue Riko. Salam kenal yah.” Riko melemparkan senyum dan mengulurkan tangannya pada Anis.
                “ii…iiya ko. Salam kenal juga.” Anis menjawabnya gugup.
                “Boleh minta nomor telepon Nis? Siapa tau kita bisa deket.”
                “Oh iyaiya boleh kok.”
Anis pun memberikan nomor teleponnya kepada Riko. Mereka mulai kenal akrab setelah kejadian itu.
                Keesokan harinya, Matahari pagi menyambut Anis yang baru saja terbangun dari mimpi indahnya. Anis lekas mengambil Telepon genggamnya, yang dia lihat ada dua pesan masuk yang ternyata dari Riko. Betapa senangnya perasaan Anis saat itu.
                “Hai Nis, aku Riko masih inget kan? Simpen nomor telponku ya.” Pesan pertama dari Riko
                “Selamat pagi cantik.” Pesan kedua dari Riko.
Anis pun segera membalas pesan dari Riko. Tanpa dia sadari Jam sudah menunjukan pukul 6.30. Dia hampir lupa kalau hari ini dia harus pergi kesekolah. Dia bergegas mandi dan berangkat diantar oleh Ayahnya yang begitu menyayanginya.
                Akhirnya Anis pun sampai disekolah tepat waktu, dia langsung berlari menuju kelasnya yang berada dilantai dua. Sampai dikelas dia menceritakan semuanya kepada Vira. Hingga akhirnya jam pelajaran berlangsung.
Dikelas Anis mendapat pesan dari Riko. Riko menawarkan Anis untuk mengantarnya pulang kerumah sepulang sekolah nanti. Mereka mempunyai perbedaan umur yang tidak cukup jauh. Pada saat itu Anis yang baru saja berumur 14tahun dan Riko baru berumur 17tahun.
                 Hingga bel jam pulang pun berbunyi, Anis langsung berlari menuju gerbang sekolah bersama Vira dengan pancaran wajah yang begitu bahagia. Tepat sekali didepan pintu gerbang sekolah dia melihat pria tampan itu, Anis berlari menuju Riko.
                “Hai ko, sudah lama ya?.” Tanya Anis.
                “Hai nis, engga kok. Belum lama aja sampe.” Jawab Riko dan tersenyum pada Anis.
                “Vir, gue pulang duluan ya. Maaf ninggalin lu hehe.”
Vira pun tersenyum.
                Anis dan Riko langsung bergegas pulang. Disepanjang jalan perjalanan itu Anis dan Riko berbincang-bincang seru, seakan mereka sudah kenal sejak bertahun-tahun yang lalu. Betapa indahnya hari itu bagi Anis, hal yang tak akan terlupakan olehnya.
Tak terasa Sudah hampir dua bulan mereka kenal. Anis masih menyimpan perasaan terhadap Riko, ternyata Riko juga menyimpan perasaan terhadap Anis.
                Malam itu, mereka bertemu disuatu tempat yang begitu romantis. Riko menyatakan perasaannya kepada Anis, betapa momen yang begitu Anis tunggu-tunggu sejak dua bulan itu akhinya terwujud. Dan akhinya mereka berdua mempunyai hubungan yang begitu special. Bulan pertama, tak pernah sekalipun Riko lupa untuk menjemput Anis. Hingga empat bulan sudah mereka mejalani hubungan itu. Hubungan mereka begitu bahagia, tetapi tidak dibulan kelima. Riko berubah, jarang sekali Riko menyempatkan waktu untuk mengantarkan Anis pulang. Seperti lima bulan sebelumnya, Anis kembali dijemput oleh ayahnya yang begitu mencintainya. Tapi bukan berarti perasaan Anis terhadap Riko berkurang, Anis malah sangat menyayangi Riko saat itu.
                Bulan demi bulan mereka lewati, Riko begitu berubah. Riko hampir tidak pernah menjemput Anis tiga bulan terakhir itu, bahkan Riko pun hampir tidak pernah menghubungi Anis. Tidak terasa hubungan mereka sudah berjalan satu tahun. Awalnya Anis sangat kecewa terhadap Riko, yang bahkan tidak member ucapan selamat saat umur Anis bertambah beberapa waktu lalu.
                Tiba-tiba ada pesan masuk, yang Anis pikir itu dari Riko. Anis tersenyum dan langsung mengambil telepon genggamnya. Tapi ternyata, dugaan Anis salah. Pesan itu berasal dari kakak kelasnya dulu.
                “Hai Nis, masih kenal kan sama aku? Aku Nia. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepadamu Nis, apakah kamu pacarnya Riko?.” Pesan Nia kakak kelas  Anis.
Anis pun langsung membalas pesan itu dengan bingung, mengapa tiba-tiba dia menanyakan itu padanya? Setelah sekian lama Riko tidak lagi menghubunginya.
                “Iya kak aku tau, aku memang pacarnya Riko. Ada apa ya kak?.” Balasan pesan Anis
Kak Nia pun meminta Anis untuk menemuinya sepulang sekolah nanti, mereka janjian disebuah tempat makan.
                Seperti biasa, anis berangkat kesekolah. Kali ini Anis meminta ayahnya untuk tidak mengantarnya.
                “Yah, hari ini tidak perlu mengantarku. Aku ingin mengendarai motor sendiri.” Ucap Anis kepada ayahnya.
                “Benar kamu mau berangkat sendiri. Hati-hati ya nak.” Jawab ayah anis dengan ragu.
Anis hanya tersenyum. Dia langsung berpamitan dan bergegas berangkat kesekolah. Disekolah Anis siswa/siswi dilarang untuk membawa kendaraan kesekolah, Anis meletakan kendaraannya di rumah sahabatnya Vira yang tak jauh dari sekolah.
                Anis pun sampai disekolah, Anis menceritakan kepada Vira bahwa Kak Nia mengajak Anis menemuinya sepulang sekolah nanti. Vira hanya tersenyum, seakan dia mengetahui Sesutu tentang hal ini. Tidak terasa detik demi detik, bel pulang pun berbunyi. Anis bergegas mengendarai motornya dan menemui Kak Nia, betapa anehnya Vira hari ini. Bahkan Vira tidak mau menemani Anis saat itu.
“Ada apa sesungguhnya ini? Mengapa Vira begitu berbeda.”Anis terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri disepanjang jalan. Hingga Anis pun sampai ditempat itu. Dia melihat Kak Nia yang duduk seorang diri, Anis menyapanya.
                “Hai kak. Sendiri aja? Sudah lama ya? Maaf ya aku telat.”
                “eh kamu Nis. Hehe iya nih aku sendiri, engga apa-apa kok. Mari duduk nis.” Kak dia tersenyum pada Anis. Anis pun bergegas duduk dan tak sabar ingin bertanya ada apa ini sebenarnya.
                “Nis aku ingin menceritakan sesuatu padamu,sebelumnya aku ingin bertanya lagi. Apakan benar kamu pacarnya Riko?.”
                “Iya kak. Sebenarnya ada apa?.”
                “Nis aku juga pacarnya Riko, kami sudah menjalani hubungan hampir tiga tahun. Tetapi setahun belakangan ini Riko berubah.”
Mata Anis langsung berkaca-kaca, dia tidak dapat menahan air mata. Ternyata selama satu tahun Riko pria yang begitu dia cintai membohonginya, Anis kecewa sekali.       
                “Apakah itu benar kak? Aku benar-benar tidak tahu ka.” Anis bertanya dengan penuh rasa bersalah.
                “Aku dengar bukan hanya kamu tapi Riko juga memiliki pacar lain lagi, aku tahu kamu tidak mengetahui semua ini. Awalnya aku memang tidak tahu kalo kamu juga pacarnya Riko, temanmu lah yang memberi tahuku dan memintaku untuk membicarakannya padamu.”
                “Aku sunggu tidak menduga semua ini ka, aku akan meninggalkan Riko kak. Sebelumnya aku sangat meminta maaf kepada kakak.”
Betapa hancur hati dan perasaan Anis saat itu, dia sunggu tidak menduga semua ini.
                Anis langsung berpamitan kepada Kak Nia karena matahari sudah begitu teriknya. Anis pun pulang, diperjalanan dia menahan air matanya untuk tidak menetes. Sesampainya dirumah Anis langsung berlari menuju kamarnya dan menangis. Anis tidak pernah menduga ini sebelumnya, Anis menyesali semuanya. Tetapi dengan apa yang dilakukan Riko, Anis malah tidak bisa melupakan Riko. Sekian lama Anis menangis hingga dia tertidur.
Keesokan harinya, Anis bangun dan dia merasakan kepalanya begitu berat. Seakan Anis pun tidak kuat untuk mengangkat kepalanya itu, Anis langsung berteriak sambil menangis memanggil ayah dan ibunya. Ibu dan ayahnya berlari menuju kamar Anis, betapa tidak tahannya Ibu anis menahan air matanya. Anis pun langsung dibawa kerumah sakit terdekat.
Setelah beberapa menit Anis diperiksa, Dokter bilang Anis hanya kurang darah. Dia terlalu lelah dan banyak fikiran sehingga membuat kepalanya sakit. Anis pun hari ini tidak pergi kesekolah. Vira mencoba menghubungi Anis tetapi nomor teleponnya tidak aktif. Pulang sekolah Vira langsung bergegas menuju rumah Anis.
                “ Nis, kamu sakit? Jangan banyak dipikirin nis. Maaf aku tidak memberi tahumu sebelumnya, aku takut kamu kecewa. Aku hanya bisa membantumu lewat Kak Nia. Riko playboy Nis aku baru tahu saat aku melihat dia jalan bersama perempuan lain malam itu, aku pun sakit melihatnya Nis. Tidak aku sangka Riko menyakiti hati temanku.”
Jawaban singkat dari Anis.
                “Iya engga apa-apa Vir, aku mengerti.” Mata Anis pun berkaca-kaca seakan dia menahan air matanya untuk menetes.
                Beberapa hari kemudian Anis kembali lagi kesekolah. Kali ini Anis harus siap menghadapi ujian sekolahnya. Untuk melanjutkan kejenjang SMA nanti. Awalnya Anis pikir masalah ini semua sudah selesai. Tetapi ternyata tidak, Riko muncul lagi didalam kehidupan Anis. Disatu sisi Anis senang, tetapi disisi lain Anis kecewa terhadapnya. Hari itu Riko menjemput Anis disekolah tanpa member tahu Anis sebelumnya.
                “Riko? Kamu ngapain disini.”
                “Aku mau anter kamu pulang, emangnya engga boleh yah?.”
Tanpa banyak bertanya Anis hanya tersenyum. Kali ini Vira memperlihatkan muka juteknya terhadap Riko. Karena Riko sudah membuat kecewa Anis sahabatnya.
                Hampir genap satu minggu Riko mengantarkan Anis pulang kerumah, setelah sekian lama menghilang. Menurut Riko hubungan mereka masih berlanjut, Anis hanya beranggapan biasa saja. Ternyata dibalik itu semua, pacar Riko yang lain menghubungiku lewat telepon. Dan dia memarah-marahi Anis dengan kata-kata kasar yang begitu menyakitkan. Semenjak kejadian itu Anis meminta Riko untuk mengakhiri hubungan ini, Karena Anis sudah tidak sanggup menghadapi semua ini. Anis sudah sangat kecewa terhadap Riko.
                Ujian Anis tidak berhenti sampai disitu, Penyakit ditubuh Anis terus menggrogoti tubuhnya. Sewaktu Anis mengikuti ujian Nasional pun keadaannya sedang tidak baik. Anis memaksakan diri selama empat hari untuk mengikuti Ujian Nasional itu, Setelah Ujian Nasional selesai pas dihari keempat Anis pingsan disekolah dan langsung dilarikan kerumah sakit. Anis koma selama satu minggu, ibu dan ayah Anis hanya bisa menangis dan berdoa kepada Tuhan untuk mengangkat seluruh penyakit anaknya itu.
Tidak lama kemudian, Anis pun terbangun dari tidur panjangnya itu. Bahkan dia tak sadar apa yang sudah terjadi. Ibunya hanyalah tersenyum kepadanya dan meneteskan air mata. Setelah beberapa hari Anis dirawat diumah sakit Dokter mengizinkannya untuk pulang.
                Anis sudah bisa kembali kerumahnya lagi, melakukan aktifitas kesehariannya seperti biasa. Tidak terasa sudah bulan terakhir, beberapa hari lagi Riko ulangtahun. Anis tidak pernah melupakan Riko hingga kapanpun. Hingga hari itu tiba, awalnya Anis hanya ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepada Riko. Tetapi, tuhan punya kehendak lain. Tepat dimalah ulang tahun Riko pukul 23.59 Anis kembali tidak sadarkan diri, Anis langsung dilarikan kerumah sakit untuk yang kedua kalinya. Sudah tiga hari Anis koma, dan terus menyebut nama Riko. Awalnya ibu Anis bingung, Siapa itu Riko. Ibu Anis bergegas mengambil telepon genggam Anis dan mecari nama Riko, ternyata ada nomor telepon Riko disitu. Ibu anis langsung menelepon Riko.
                “Halo assalamualaikum. Apakah ini Riko?”
                “Iya saya Riko. Maaf ini siapa yaa?”
                “Saya ibunya Anisa. Riko, Anis saat ini dirawat dirumah sakit. Dia tak sadarkan diri dan terus menyebut namamu. Bisakan kamu datang untuk menjenguknya, saya sangat meminta tolong kepadamu.”
                “iya nanti insyaallah saya menjenguknya.”
                “Terima kasih nak Riko.”
Ibu Anis mematikan telepon tersebut. Dan dokter memanggil kedua orang tua Anis keruangannya.
                “Apakah kalian orang tua dari Anisa?.”
                “Iya dok.”
                “Setelah kami diagnosa ternyata Anisa mengidap penyakit Lupus eritwmatosus sistemik (LES) yang biasa dikenal dengan nama Lupus.”
                “Maaf dok kami kurang mengerti tentang penyakit itu, bisakan dokter jelaskan?”
                “Penyakit lupus ini adalah penyakit yang menyerang autoimun, penyakitin ini menyebabkan peradangan pada bagian tubuh Anis. Khususnya kulit, persendian, darah dan gijal. Itu sebabnya kulit Anis muncul bercak-berjak merah. Penyakit ini belum diketahui penyebabnya dengan pasti, kemungkinan virus, cahaya matahari, dan obat-obatan  yang pernah dia konsumsi.”
                “Apakah penyakit ini bisa disembuhkan dok?.”
                “Mohon maaf pak, bu. Penyakit ini belum ada obatnya, kita serahkan saja semua pada tuhan.”
Ibu Anis hanya bisa menangis, Tidak tahu apa yang haru mereka lakukan. Bahkan hingga saat ini Anis belum sadarkan diri. Mereka hanya bisa berserah diri kepada Tuhan dan berdoa.
                Sudah dua hari Ibu Anis menunggu kedatangan Riko, tetapi Riko todak kunjung datang. Ibu Anis mencoba menghubungi Riko, Akhirnya Riko memutuskan untuk datang menjenguk Anis esok hari.
Keesokan harinya, Ibu Anis membisikan Anis.
                “Anis sayang, bangun yah nak. Riko mau jenguk kamu, kamu kangen kan sama Riko. Bangun yah nis.” Bisik ibu Anis sambil meneteskan air matanya.
Tidak lama kemudian Anis pun bangun. Ibunya langsung menyapanya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang.
                Yang di tunggu-tunggu pun tiba, Riko pun datang bersama adik sepupunya untuk menjenguk Anis.
                “Hai nis, gimana kabarnya udah baikan?.” Tanya Riko pada Anis
                “Udah mendingan kok. Itu siapa pacar kamu?.” Tanya Anis.
                “oh bukan, kenalin ini Adik sepupuku Amel.”
                “Hai nis, aku amel. Salam kenal ya Nis.” Amel tersenyum pada Anis
Riko menyesali perbuatannya hingga membuat Anis menjadi seperti ini, awalnya Riko ingin berfoto dengan Anis. Tetapi banyak keluarga Anis yang menjenguknya, pada akhirnya Riko memutuskan untuk pulang tanpa berpamitan dengan Anis.
                Tanpa sadar Anis melupakan Riko, Anis menanyakan Riko kepada ibunya.
                “Bu, Riko mana?”
                “Riko sudah pulang nis, kenapa.?”
                “Engga apa-apa bu, Anis seneng aja bisa lihat Riko untuk terakhir kalinya.”
Ibu Anis hanya bisa tersenyum dan meneteskan air mata.
                Tidak terasa matahari mulai terbenam, Anis mulai terlihat lesu tak berdaya.
                “Ibu, Anis mau kekamar mandi.”
                “Iya sayang, iyaa.”
Anis pun kekamar mandi bersama ibunya, kemudia kembali berbaring lagi.
Kata terakhir yang Anis ucapkan.
                “Ibu maaf ya, Anis udah repotin kalian semua. Ikhlaskan kepergian Anis ya bu. Anis menyayangi ibu dan Ayah.”
Ibu Anis hanya tersenyum dan meneteskan air matanya.
Hingga Akhirnya Anis kembali tertidur untuk selamanya. Ibu Anis hanya bisa menangis, Ibunya memandikan Anis untuk yang terakhir kalinya. Dan ibu Anis menghubungi Riko.
                “Riko terima kasih sudah menjenguk Anis, Anis sudah bisa tenang sekarang.”
Riko langsung terdiam dan terpaku. Riko langsung mengajak adik sepupunya itu untuk pergi kerumah Anis. Dia hanya bisa menangis dan menyesali perbuatannya.
Dengan ambulan Anis diantarkan kembali kerumahnya. Ibu Anis jatuh pingsan setelah turun dari Ambulan itu, Riko orang yang paling menyesali perbuatanya. Untuk terakhir kalinya Riko membelai Rambut anis dan berkata.
                “Anis maafin Riko, Riko menyesal udah buat Anis jadi gini. Yang tenang disana ya nis.”
Riko meneteskan Air matanya dan terus menyesali perbuatannya.
                Keesokan harinya Riko ikut pemakaman Anis, dan mengucapkan selamat tinggal kepada Anis untuk terakhir kalinya. Vira sahabatnya hanya bisa menangis melihat Anis.
Tuhan pun tak tega melihat ujian Anis yang bertubi-tubi tiada henti, Dia tidak ingin Anis menderita lebih lama lagi. Hingga akhirnya dia memanggil Anis untuk meninggalkan dunia ini.

Anis pun tertidur bersama kenangan indahnya untuk selamanya…

Mimpi Kecil Gadis Muda

Pagi yang cerah melewati cela-cela jendela kamarku, membangunkanku dari tidurku yang begitu nyenyak. Tetapi semua itu tidak berlaku untuk Tia, gadis cantik yang baru berumur 14tahun dan begitu cerdas itu tidak dapat merasakan nyenyaknya tidur dikala malam dingin. Baginya, malam hanyalah sebuah hiasan bersama bintang-bintang  dilangit, dan Pagi hanyalah penyambut terbitnya matahari. Bahkan bagaikan dialah yang selalu lebih dahulu menyambut matahari sebelum hari menjelang pagi.
            Digelapnya pagi, yang bahkan matahari pun belum terbit dan dia harus bergegas pergi kesebuah suplliyer Koran untuk mengantarkannya kesetiap komplek perumahan dekat rumahnya. Hanya itulah yang bisa dilakukan Tia untuk membantu ibunya. Setelah dua tahun ayahnya meninggalkan mereka, Tia harus membantu ibunya dan merelakan untuk meninggalkan sekolahnya karena keterbatasan biaya. Tia bukan lah anak yang mudah putus asa, dia tetap belajar tanpa ada rasa menyerah.
            Setelah pagi yang lelah menjelang siang, Tia tak kunjung istirahat melaikan dia mengunjungi sebuah sekolah swasta dan mengikuti proses belajar mereka. Walaupun Tia tidak duduk bersama anak-anak lain didalam kelas, Tia hanya berdiri dari luar kelas melihat melalui jendela kelas paling belakang. Tia memang diijinkan melihat-lihat disekolah itu karena ibunya salah satu penjaga dan perawat sekolah itu. Tia tinggal disekolah itu bersama ibunya, diruangan yang begitu kecil dan sangat kumuh yang mereka tempati. Tak jarang Tia diejek oleh murid sekolah itu, namun Tia hanya senyum menanggapinya.
            Malam hampir tiba, tetapi Tia malah mengunjungi sebuah toko rongsokan yang menjual buku-buku bekas, ya baginya itu adalah gudang ilmunya. Dia hanya belajar dari buku-buku bekas yang dia beli dengan harga yang cukup murah, dan penjelasan kecil dari guru-guru sekolah yang dia dengar tadi siang.
Aku begitu kagum melihat usaha seorang gadis kecil yang tak pernah menyerah, aku lebih sering mengamati kegiatan keseharian Tia. Kadang aku pun kurang bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan padaku, Keluarga yang utuh, hidup dengan kecukupan, dan sekolah yang cukup biaya.
            Suatu hari aku mengikuti kegiatan Tia, aku menunggunya diam-diam di tempat suplliyer Koran yang biasa dia kunjungi setiap pagi, aku mengamatinya hingga dia selesai mengantarkan Koran-koran itu kesetiap komplek perumahan terdekat. Aku juga mengikutinya kesebuah sekolah yang begitu sederhana, tempanya mencari ilmu. Hingga malam hari tiba dia pergi ketoko rongsokan. Sehubung dengan libur sekolahku, aku mencari kegiatan untuk mengamati keseharian Tia. Sudah hampir tiga hari aku mengamatinya, mungkin dia merasakan juga diamati oleh seseorang, Tia mulai merasa risih dengan keberadaanku. Menjelang malam aku menunggunya di toko rongsokan itu tapi dia tidak kunjung datang, hingga pukul 19.00 dia tidak muncul juga. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang kerumah, ternyata Tia mengamatiku dan menegurku dari belakang.
            “Hai kak, maaf kaka siapa? Mengapa mengikutiku beberapa hari ini?”
            “Kkkokk, kamu tau?” Jawabku dengan gugup.
            “Iya aku melihat kaka selalu ada setiap aku berada, ada sesuatu kak?”
            “Ti..ti..dak ada apa-apa dek.” Jawabku terbata-bata.
            “Kakak siapa?” Tanya Tia dan memandangku.
            “Aku bebi, maaf aku mengikutimu. Aku hanya ingin tahu keseharianmu saja, banyak orang yang membicarakan dirimu.” Jawabku.
            “Jangan peduli apa yang orang katakan kak, mereka tidak tahu apa-apa tentag diriku.”
            Aku terdiam seketika mendengar jawaban yang dilontarkannya padaku.
            “Bolehkah kita berteman?” Tanyaku dengan memberika senyum padanya.
            “Kakak mau berteman denganku? Aku itu hanya orang miskin kak. Tak punya apa-apa.” Jawabnya dengan muka sedih.
Aku hanya tersenyum padanya.
            “Bolehkah aku mengunjungi rumahmu Tia?.”
            “Bagaimana kakak tahu namaku? Kakak sungguh misterius ya.” Jawabnya sambil tersenyum.
Dan kami langsung bergegas pergi menuju Rumah Tia.
            Setelah sampai dirumahnya, aku melihat tumpukan buku-buku bekas yang sangat banyak sekali, dan seorang ibu tua yang sedang berbaring disebuah tikar tipis diatas lantai yang dingin.
            “Maaf ya kak rumahku jelek. Hehe.” Ujarnya sambil tertawa.
            “Oh iya aku ingin bertanya sesuatu padamu dan meceritakan niatku mengamatimu selama ini.” Ucapku pada Tia.
            Aku menceritakan niatku mengamati kesehariannya. Tia juga menceritakan kisahnya yang begitu kelam, Aku melihat buku-buku bekas yang tergeletak dilantai berisi dengan soal-soal yang sudah dipenuhi jawaban. Yang kulihat jawaban itu hampir semua benar, awalnya aku kira jawaban itu memang sudah tertera dari awal dia beli di toko rongsok itu, tetapi ternya itu adalah jawaban yang dituliskan Tia dari hasil belajarnya selama ini. Tia memiliki cita-cita yang sangan mulia, yaitu menjadi seorang guru dan membangun sekolah bagi anak yang kurang mampu. Aku sangat kagum dengan kegigihannya dalam belajar untuk mencapai cita-cita mulianya. Hingga aku memutuskan untuk membantunya untuk melanjutkan sekolah. Malam mulai larut aku langsung bergegas untuk kembali kerumah.
            Beberapa hari kemudian, aku membaca sebuah beasiswa sekolah yang disponsori oleh sebuah produk makanan. Aku langsung saja teringat dengan Tia, Iya gadis cantik dan cerdas itu mungkin pantas mendapatkanya. Aku mengajukan beasiswa tersebut untuk Tia, dan memberi tahukan hal tersebut kepadanya. Begitu senang Tia mendengarnya, hingga dia tersenyum selepas mungkin.
Beberapa hari sudah pengajuan itu diproses, setelahku tahu dari salah satu panitia itu ada seseorang yang aku kenal, dia adalah Tanteku, adik dari ibuku. Dia membantuku untuk mempermudah Tia mendapatkan beasiswa itu. Hingga tiba waktunya Tia dites untuk mendapatkan beasiswa itu.

            “Kak, apakan kamu yakin aku bisa?” Tanyanya padaku.
            “Percaya pada diri kamu sendiri, jangan pernah peduli apa kata orang lain.” Jawabku dan melemparkan senyum padanya.
            Dia pun melaksanakan tes tersebut hingga selesai. Beberapa hari kemudian aku pun melihat hasil tes Tia, dan sungguh luar biasa. Hasil yang sangat menakjubkan dan aku begitu senang mendengarnya. Tia lulus dan memilih sekolah yang dia inginkan. Betapa bahagianya Tia bisa kembali besekolah, dan berjuang untuk menggapai cita-cita mulianya itu.

Sekarang Tia bisa sekolah kembali dengan sekolah yang layak, Ibu Tia pun sekarang mempunyai warung sendiri untuk kehidupan mereka. Dengan uang saku yang cukup yang telah diberikan pihak tersebut, Tia tidak perlu lagi menjadi loper Koran, Tia memang harus bangun pagi-pagi tapi bukan untuk menyambut matahari lebih dahulu, melainkan mengawali harinya dengan mencari ilmu disekolah baru. Tia menjadi salah satu anak yang cerdas disekolah, Dia tidak pernah memperdulikan pendapat orang lain tentangnya. Yang pasti dia menjadi dirinya sendiri, Begitulah hasil upaya kesabarannya selama ini. Dan hasil dari usahanya yang diberikan Tuhan untuknya, Hingga Tia bisa mewujudkan cita-citanya.

Bahagia Itu Sederhana

Indahnya matahari pagi bagaikan jadi penerang hari-harinya. Seorang gadis cantik sebut saja namanya Salsabila, yang akrab dipanggil temannya salsa. Gadis lucu, baik hati, yang selalu memancarkan senyum diwajahnya. Bagaikan Bahagia dihidupnya tiada habisnya. Bagai mana tidak, Dia hidup dengan keluarga yang begitu bahagia, seorang anak tunggal.Yang memiliki orang tua begitu menyayanginya, dan teman-teman yang selalu melukiskan senyum diwajahnya.
Salsa, ia adalah siswi kelas 8 disebuah Sekolah Negeri diJakarta barat. Dia teman dekatku dulu, aku kenal sekali denganya. Anak yang cantik, cerdas, baik, hampir beberapa kaka kelasku mengagumi dia, Karena kecantikan dan keramahannya. Tetapi dia berubah setelah Pertikaian kedua orang tuanya dimulai. Setiap hari aku mendengar dia bercerita dan menangis dihadapanku. Betapa tak teganya diriku, melihat tetesan air mata yang jatuh kepipinya. Sering kali aku mengajaknya jalan-jalan, untuk sekedar menghibur dirinya, menghilangkan sedihnya. Aku yakin Salsa adalah gadis kuat yang siap menjalani ujian hidupnya. Tetapi, Perceraian pun berlangsung dan membuat kehidupan Salsa berubah. Dia selalu beranggapan tak ada orang didunia ini yang mencintai dan menyayanginya dengan tulus. Aku mengerti yang dimaksud Salsa, ya dia hanya seorang siswi smp yang cara berpikirnya masih kekanak-kanakan. Sering kali aku menasihatinya, tetapi Salsa selalu membantah. Kini menjadi anak yang begitu garang. Sejak kejadian itu, sering kali ibunya menelponku menanyakan keberadaannya. Terkadang aku berbohong kepada ibunya bahwa Salsa ada bersamaku, kenyataannya aku tidak tahu dimana dia. Salsa sering keluar rumah tanpa mengenal waktu, tanpa izin dari ibunya. Dia menjadi nakal, bermain dengan dunia malam. Aku terkadang tak mengerti apa yang dia lakukan diluar sana, mengelilingi malam yang gelap, bersama dengan teman-teman malamnya yang sangat terkenal dengan kenakalan mereka. Aku tahu Salsa anak yang baik, dia hanya berusaha mencari hiburan dikelam hidupnya dirumah. Baginya hidupnya itu sudah tak berwarna lagi. Ibunya yang sibuk bekerja untuk menghidupinya, tak ada waktu untuk menemani Salsa.
Kadang, aku rindu dengan senyuman yang selalu terukir diwajahnya. Yang sekarang selalu tergambarkan dengan muka lesu, murung, karena sering kali dia begadang dan tertidur disekolah. Aku memang merindukan Salsa yang dahulu. Kemudian sepulang sekolah aku mencoba menyapanya.
            “Hai sa, kamu kemana saja? Sekarang  kamu bolos terus.”
            “Apaan sih! Engga usah Tanya gue kemana. Emang masih ada yang perduli sama gue?”
            “Kok kamu ngomongnya begitu sa? Kamu kenapa! Cerita sama aku sa..?”
“Udahlah engga ada yang perlu diceritain!”. Salsa berlari menuju pintu gerbang sekolah dan meinggalkanku.
            “Saa…. Aku belum selesai!”. Aku berteriak dan berusaha mengejarnya.
Ternyata tak jauh dari pintu gerbang, ada seorang gadis yang berpakaian sangat kusut menjemput Salsa. Aku mengenal gadis itu, dia salah satu anak nakal yang terkenal disekolahku. Dia kakak kelasku dulu, yang dikeluarkan dari sekolah karena ulah nakalnya.

            “Salsa bersamanya? Apa yang mereka lakukan? Kemana mereka pergi?”
Aku bertanya-tanya dalam pikiranku. Hingga matahari hampir terbenam, Ibu Salsa menelponku dan menanyakan keberadaan salsa saat ini.
            “Assalamualaikum Rahma..”
            “Wa’alaikumsalam bu..”
            “Rahma, apakah kamu bersama Salsa?”
            “Tidak bu, memang Salsa belum pulang juga bu..?”
            “Salsa belum pulang ma, ini sudah mulai malam, ibu khawatir. Kamu tahu dimana dia?”
Aku tidak tahu harus menjawab apa, aku melihatnya pergi bersama gadis nakal itu. Apa yang harus aku katakan kepada Ibu Salsa? Aku tak tahu harus mengatakan apa. Hingga akhirnya aku harus membohongi Ibu Salsa dengan rasa bersalah.
            “Kayaknya tadi Salsa bilang mau belajar kelompok deh bu, mungkin sedikit lagi dia pulang bu. Soalnya tugas kita lagi banyak banget bu..”
Jawabku agar tidak membuat Ibu Salsa khawatir dan agar menutupi perilaku nakal Salsa.
            “Hmm.. begitu ya Rahma, yaudah terima kasih ya. Assalamualaikum…”
            “Wa’alaikumsalam…”
Ibu salsa menutup telponya. Aku terus bertanya-tanya tentang keberadaan Salsa saat itu. Hingga aku sadar hampir pukul 10 malam aku memikirkannya. Tetapi, aku harus bergegas tidur karena besok aku harus sekolah.
Sinar matahari yang masuk melalui jendela kamarku membangunkanku dari tidurku. Dan ternyata sudah pukul 6 pagi. Aku bergegas mandi, solat dan pergi kesekolah. Setelah aku sampai disekolah, aku menunggu Salsa. Tetapi dia tak kunjung datang, hingga bel pun berbunyi masih saja dia belum datang. Aku sempat bertanya-tanya dimana dia.
Setelah beberapa menit kemudian Salsa datang, ternyata dia terlambat. Aku ingin tahu kemana dia kemarin hingga dia terlambat masuk hari ini. Aku mendekati kursinya yang berada tak jauh denganku.
            “Sa… kamu kenapa? Kok datengnya telat?”
“iya, semalam gue pulang jam 11. Gue ngantuk banget nih, tadinya gamau sekolah tapi dimarahin sama ibu.”
“Kamu dari mana aja sa? Kamu berubah akhir-akhir ini sa, kamu kenapa sih!”
“Nanti deh gue ceritain, lu ikut gue pulang sekolah ya!” sambil melemparkan senyum padaku.
            Hingga bel pulang pun berbunyi, aku pergi kesuatu tempat makan, yang sering kami kunjungi dulu. Salsa bercerita banyak tentang keluarganya,alasan mengapa dia berubah. Mengapa dia sering bolos sekolah dan pulang malam. Dia merasa ibunya tidak memperdulikannya, karena ibunya terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia mencari dunia baru dengan teman-teman nakalnya, dia menceritakan teman-teman barunya padaku. Dia sering pergi malam, nongkrong, dan berhura-hura menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak berguna.Setelah Salsa menceritakan semuanya, kami pun bergegas pulang karena hari mulai sore. Hari ini dia langsung pulang kerumahnya.
            Keesokan harinya Salsa tidak masuk sekolah, aku tak tahu kemana dia. Aku sudah coba meneleponnya tapi tidak diangkat. Hingga satu minggu lebih Salsa bolos sekolah tanpa alasan yang jelas. Sering kali guru menanyakan keberadaannya padaku, tetapi aku selalu jawab tak tahu. Hingga guru BK ku menitipkan surat kepadaku untuk Ibu Salsa. Malam hari aku pergi kerumah Salsa untuk menitipkan surat yang diberikan guruku tadi. Setelah sampai, Salsa tidak ada dirumah. Ibunya bilang akhir-akhir ini Salsa pergi malam hari dan pulang siang hari. Hampir setiap hari Ibunya menegurnya tetapi dia malah berbalik memarahi Ibunya.
            Keesokan harinya, Ibu Salsa datang kesekolah bersama Salsa. Mereka menuju keruang BK, aku hanya mengamati mereka dari kejauhan. Beberapa menit kemudian, mereka keluar ruangan. Aku melihat wajah Ibu Salsa dengan wajah kecewa dan Salsa menampakan wajah kesal. Hingga keesokan harinya aku mendapatkan kabar bahwa Ibu Salsa masuk rumah sakit. Dengan kagetnya diriku, sepulang sekolah aku langsung menuju Rumah sakit. Aku liat dari kaca pintu kamar itu, ternyata Ibu Salsa berbaring lemah tak berdaya. Salsa yang duduk sambil menangis, melihatku dan langsung memelukku.
            “Kamu kenapa sa..? kok nangis?”
Salsa tak juga menjawab, dia terus menangis. Dan aku membawanya keluar dari Rumah sakit itu, menuju tempat makan yang biasa kami kunjungi.
            “Udah sa berhenti nangisnya, malu loh banyak yang liatin. Kamu kenapa? Cerita sama aku sa”
            “Aku menyesal ma, semua salahku, semua salahku!!!” dia meneteskan air mata.
            “Kamu salah apa sa? Kamu engga salah kok!”
            “Andaikan aku engga nakal, engga sering keluar malam. Ibu engga akan kaya gini ma!”
            “Engga ada yang perlu disesalin sa, perbaikin aja semuanya. Ini belum berakhir, kamu bisa  perbaiki semuanya”
Aku memandang Salsa dan melemparkan senyum padanya. Salsa mulai tersenyum.
            “iya ma, makasih ya. Kamu selalu ada untukku, kamu teman terbaikku ma”
            “Memang itu gunanya teman kan sa..”
Salsapun tersenyum. Kamipun kembali kerumah sakit untuk menemui Ibu Salsa.

            Kami masuk kekamar itu, dan Ibu Salsa sudah sadar. Salsa pun langsung berlari menuju Ibunya dan menangis.
            “Bu, maafin Salsa.Ibu kenapa…”. Salsa menangis seolah tak perduli dimana dia menangis.
“Ibu engga apa-apa sa, Ibu tahu Ibu juga salah. Ibu engga pernah ada waktu untuk Salsa,maafin ibu juga ya sa. Ibu sayang sekali sama Salsa”. Ibunya memeluk Salsa.
“Salsa janji akan berubah seperti dulu bu, Salsa engga akan kecewain dan buat ibu nangis lagi. Apa lagi sampe ibu sakit gini, Salsa engga punya siapa-siapa lagi bu”. Salsa menangis
“Ibu percaya sama Salsa”. Ibunya pun tersenyum.
Aku pun terharu melihat mereka, aku ikut meneteskan air mata.
Beberapa hari kemudian ibu salsa pun sudah diizinkan pulang oleh dokter. Salsa kembali bersekolah dan menjadi Salsa yang seperti dulu ku kenal. Hingga kapanpun dia akan terus menjadi teman terbaikku, apapun yang terjadi padanya. Salsa hidup bahagia walau hanya tinggal dengan ibunya.